Kamis, 12 Maret 2009

Gedebok Bojonegoro rambah Bali

Bagi petani padi yang menggeluti usaha gedebok pisang sampai sekarang masih bisa tersenyum. Meski sebagian besar petani mengeluhkan harga gabah rendah, namun tidak demikian bagi pengusaha gedebok.
-------------------------------------------------------------------------------

Karena gedebok yang biasa menjadi sampah karena dibuang oleh pemilik pisang, kini bisa dimanfaatkan untuk komoditi di Pulau Dewata. Sekarang ini harga jual gedebok kering mencapai Rp 1.500/kilogram. "Lumayan, untuk nambah uang saku," tutur Ny Yati, warga Balen, Bojonegoro. Gedebok ini digunakan sebagai tali tampar dan dijual ke Bali.

Karena cukup membantu untuk meringankan ekonomi, tak heran kerajinan pembuatan tampar dari gedebok yang dikenal sejak 2 tahun terakhir, kini sudah banyak peminatnya, salah satunya di Desa Prambatan, Kecamatan Balen, Bojonegoro.

Di desa ini, sedikitnya tercatat 300 kepala keluarga yang menggeluti kerajinan ini. Menurut sejumlah perajin, gedebok ini dijual sampai ke Bali dan Cilegon.

Perajin selain membuat tali tampar, mulai dari pagi hingga malam juga menerima pembelian bahan baku gedebok yang dibawa oleh warga dari seluruh kecamatan yang tersebar di wilayah Bojonegoro.

Selain Bali, daerah Tuban, Lamongan, Jombang, Ngawi, dan Gresik juga membutuhkan bahan serupa. Bahkan pemesanan terus mengalir. Sampai-sampai pencari bahan gedebok kewalahan mencukupi permintaan. Bali dan Cilegon minta sebanyak-banyaknya dan tidak membatasi jumlahnya.

Gedebok ini selain digunakan tampar, juga digunakan aksesori di mebeler. Sayangnya permintaan yang sangat deras itu tak bisa dilayani maksimal, karena bahan baku sudah menipis.

"Kami sangat bersyukur ada kerajinan baru yang bisa membantu perekonomian," tutur Muhsin, warga setempat.

Karena banyaknya perajin gedebok, tak heran di Desa Prambatan sehari-harinya terlihat mengasyikkan. Di depan rumah warga Prambatan, hampir semuanya terlihat ada jemuran gedebok.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar